https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/feedback+icon-02.svg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/ask+me+icon.svg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/logoHeader.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/human-logo.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/033b0a50-2104-4a98-b19c-91057bc4c85c.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/7dc41234-b456-46ed-9691-8e0c2bec606c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/514a56b0-918f-40c8-b11e-b0493a310db9.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/ab92743b-62a3-4a3f-abed-c2743a335be5.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/9595455f-6ec2-4954-bf43-ee1bf81a8512.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/033b0a50-2104-4a98-b19c-91057bc4c85c.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/7dc41234-b456-46ed-9691-8e0c2bec606c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/9595455f-6ec2-4954-bf43-ee1bf81a8512.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/033b0a50-2104-4a98-b19c-91057bc4c85c.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/7dc41234-b456-46ed-9691-8e0c2bec606c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/514a56b0-918f-40c8-b11e-b0493a310db9.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/ab92743b-62a3-4a3f-abed-c2743a335be5.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/9595455f-6ec2-4954-bf43-ee1bf81a8512.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/033b0a50-2104-4a98-b19c-91057bc4c85c.jpg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/7dc41234-b456-46ed-9691-8e0c2bec606c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/514a56b0-918f-40c8-b11e-b0493a310db9.jpg

China Lockdown Berdampak Lebih Besar Pada Rantai Pasokan Daripada Perang Rusia-Ukraina

24 May 2022

dilihat 90x

Mobilku.com - Ketika berbagai negara mulai membuka diri dan membebaskan penggunaan masker, China dikabarkan malah kembali melakukan lockdown dikarenakan naiknya angka positif COVID-19.


Dengan China kembali melakukan penguncian, kepala bisnis pengiriman Deutsche Post DHL Group mengatakan bahwa penutupan China memiliki dampak yang lebih besar pada rantai pasokan global daripada perang di Ukraina.


"Setelah banyak negara yang melakukan normalisasi, kemacetan panjang di pelabuhan AS dan Eropa mungkin akan terjadi. Hal ini tentu akan memakan waktu lebih lama dari yang kami duga sampai sistem perdagangan dunia kembali normal,” kata Tim Scharwath dari DHL.


Dia mengatakan bahwa masalah rantai pasokan global mungkin akan kembali parah menjelang musim belanja Natal hingga awal tahun 2023. Scharwath juga mengatakan bahwa China adalah produsen terbesar, dan hampir semua produk yang kita gunakan berasal dari China. Jika China tidak lekas sembuh, kelangkaan barang dan suku cadang sudah dipastikan akan terjadi.

0 Komentar


Tambah Komentar