https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/feedback+icon-02.svg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/ask+me+icon.svg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/logoHeader.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/human-logo.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/27d4e60f-30a2-4a95-bb72-c8c23d4d806c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/27d4e60f-30a2-4a95-bb72-c8c23d4d806c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/27d4e60f-30a2-4a95-bb72-c8c23d4d806c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/27d4e60f-30a2-4a95-bb72-c8c23d4d806c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/27d4e60f-30a2-4a95-bb72-c8c23d4d806c.jpeg
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/27d4e60f-30a2-4a95-bb72-c8c23d4d806c.jpeg

Autonomous Car Tidak Sehebat Itu

18 February 2015

dilihat 46x

Era mobil swakemudi (autonomous car) mungkin sudah diambang pintu. Teknologinya sudah dikuasai pabrikan. Pengujian di jalan raya sudah dimulai. Di Jerman contohnya, jalan tol Autobahn sudah jadi laboratorium untuk pengujian mobil ini. Penentangan mungkin hanya datang dari dua kelompok saja, yaitu mereka yang khawatir bila harus melepas kendali dari kemudi. Kelompok kedua adalah mereka yang sama sekali tidak percaya dengan teknologi ini.



Selama ini mobil swakemudi digambarkan penggunanya bisa melakukan banyak kegiatan selain menggemudi. Mereka bisa memanfaatkan waktu untuk sarapan, tidur, mempersiapkan pekerjaan kantor atau ngobrol dengan rekan pada saat mobil bergerak secara mandiri menuju tujuan.

Keunggulan kedua adalah peningkatan unsur keselamatan. Human error adalah salah satu penyebab kecelakaan terbesar. Ketika peran manusia digantikan computer, radar, sensor dan servo, diharapkan kecelakaan turun jadi minimal.

Potensi keuntungan lain adalah efisiensi bisa didorong hingga maksimal. Dalam dunia digital itu, sesama mobil akan saling berkomunikasi, demikian juga antara mobil dengan rambu-rambu jalan. Jadi ketika dua mobil saling berkomunikasi dan tahu bahwa mobil di depannya tidak akan berhenti, maka mobil yang dibelakang bisa merapat sehingga bisa membentuk iring-iringan seperti kereta. Ketika yang didepan akan melambat, maka informasi itu langsung diteruskan ke mobil-mobil lain dalam rangkaian. Sehingga ketika mobil didepan berhenti, maka seluruh mobil akan berhenti sebagai satu kesatuan rangkaian. System rambu dan infrastruktur jalan yang cerdas bisa mengukur tingkat kepadatatan lalulintas sebagai traffic light bisa dioptimalkan sesuai kecepatan dan kepadatan lalulintas. Jadi dengan demikian anda bisa melaju dari rumah ke kantor atau sebaliknya nyaris tanpa pernah melihat lampu merah menyala.

Namun kajian lebih dalam tentang mobil swakemudi menemukan beberapa potensi masalah seperti yang disimpulkan Scott Le Vine, Alireza Zolfagharib, dan John Polak. Para peneliti dari Department of Geography di SUNY, New Paltz, New York dan dari Centre for Transport Studies, Department of Civil and Environmental Engineering, Imperial College London, baru-baru ini menerbitkan penelitian tentang mobil swakemudi.
Yang pada intinya adalah, masa depan belum tentu menyediakan karpet merah bagi kedatangan mobil swakemudi. “Dalam beberapa kondisi, manfaat-manfaat mobil swakemudi mungkin akan saling berbenturan,” demikian tulis laporan mereka. Penelitian mereka menguji bagaimana dua dari tiga manfaat yaitu ‘lebih nyaman’ dan ‘lalulintas lebih longgar’ bisa berbenturan. Dengan computer mereka mensimulasi bagaiman kerja mobil swakemudi yang kemudian dibandingkan dengan kereta komuter.

Kereta komuter –kalau di Jakarta adalah KRL- dilihat dari banyak segi mirip-mirip dengan mobil swakemudi. Begitu masuk anda bisa duduk dan membaca buku atau menyelesaikan pekerjaan saat bepergian ke /pulang kantor. Kereta bekerja sangat bagus, karena sangat halus. Kereta sangat nyaman untuk aktifitas pulang pergi bahkan dibandingkan dengan mobil swakemudi.

Ada sejumlah potensi masalah yang terlihat lewat studi itu. Jika mobil swakemudi terlalu sering stop/go seperti mobil biasa, maka akan mengurangi kecepatan dan tidak nyaman. Tapi jika kecepatan di tingkatkan, maka mobil swakemudi kehilangan kemampuan mereka untuk mengurangi kemacetan “Akselerasi memberi dampak besar pada kemacetan dan dipersimpangan, karena itu menggambarkan bagaimana cepat mobil untuk bergerak,” ujar Scott Le Vine yang memimpin penelitian. “Pikirkan jika anda berada dibelakang truck besar, begitu lampu hijau anda akan berakselerasi sangat lambat, yang artinya menunda waktu jauh lebih lama jika dibandingkan anda sendiri berada di balik kemudi.”

Le Vine dan koleganya menggunakan banyak parameter untuk melakukan simulasi. Mereka mencoba 16 skenario dengan pembanding mobil biasa. Setiap kali pengujian berlangsung satu jam dan diulang 100 kali. Kesimpulannya, pada setiap kali tes, mobil swakemudi yang dirancang untuk menghadirkan kenyamanan berkendara seperti kereta komuter, justru membuat kemacetan semakin parah dibandingkan jika setiap mobil dikemudian manusia.

0 Komentar


Tambah Komentar