13 December 2025
dilihat 1x
Era kendaraan listrik (EV) di Indonesia kian bergema, dengan berbagai pabrikan meluncurkan model-model terbarunya dan pemerintah gencar mendorong transisi energi. Namun, di balik optimisme tersebut, adopsi massal EV masih menghadapi sejumlah tantangan fundamental, terutama terkait harga dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya.
Salah satu ganjalan utama adalah harga. Meskipun Wuling Air EV dan Binguo EV menawarkan pilihan yang lebih terjangkau, mayoritas EV yang diminati seperti Hyundai Ioniq 5 atau BYD Atto 3 masih berada di segmen menengah ke atas. Ini menciptakan jurang pemisah dengan daya beli masyarakat umum yang mayoritas masih mencari kendaraan di bawah Rp 300 juta. Tanpa varian EV yang benar-benar kompetitif dari segi harga dan fitur dasar, penetrasi ke pasar massal akan terhambat.
Kemudian, infrastruktur pengisian daya. Meskipun jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) terus bertambah, distribusinya masih terpusat di kota-kota besar. 'Range anxiety' atau kecemasan jarak tempuh menjadi momok bagi calon pengguna, terutama mereka yang sering bepergian antar kota. Ketersediaan fast charging (DC charger) yang masih terbatas juga menjadi isu krusial, mengingat waktu pengisian yang jauh lebih lama dibandingkan mengisi bahan bakar konvensional.
Selain itu, masih ada pekerjaan rumah terkait edukasi publik, kesiapan jaringan listrik nasional untuk menopang beban tambahan, serta standarisasi teknologi pengisian. Tren terbaru menunjukkan pengembangan baterai dengan densitas energi lebih tinggi dan kecepatan pengisian yang lebih cepat, namun implementasinya secara luas masih membutuhkan waktu. Pemerintah dan sektor swasta perlu bersinergi lebih erat untuk mengatasi hambatan ini, mulai dari insentif yang lebih menarik hingga perluasan SPKLU hingga ke daerah-daerah terpencil.
Potensi EV untuk masa depan transportasi Indonesia sangat besar. Namun, untuk benar-benar mewujudkan adopsi massal, tantangan harga dan infrastruktur harus diurai tuntas dengan strategi komprehensif dan berkelanjutan.
Sumber:
https://www.oto.com/berita-mobil/pro-kontra-ev-di-indonesia-mana-yang-lebih-kuat-98565
0 Komentar
Tambah Komentar