https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/logoHeader.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/human-logo.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/2fa26998-1cc9-4760-93c3-534e37754d2c.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/2fa26998-1cc9-4760-93c3-534e37754d2c.png
https://mobilku.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/2fa26998-1cc9-4760-93c3-534e37754d2c.png

Tantangan Adopsi Massal EV: Menerjang Badai Infrastruktur Pengisian Daya

08 December 2025

dilihat 9x

Adopsi kendaraan listrik (EV) di Indonesia menunjukkan tren peningkatan signifikan, didorong oleh insentif pemerintah dan dan kesadaran lingkungan. Namun, di balik geliat positif ini, tantangan besar menghadang adopsi massal: ketersediaan dan pengembangan infrastruktur pengisian daya yang memadai.

Salah satu hambatan utama bagi konsumen adalah "range anxiety" atau kecemasan jarak tempuh, meskipun teknologi baterai terus berkembang, menawarkan jangkauan lebih jauh seperti 500-600 km pada beberapa model terbaru. Harga EV yang relatif masih tinggi, meski semakin terjangkau berkat subsidi, juga menjadi pertimbangan. Namun, tantangan terbesar tetap pada kemudahan pengisian daya. Stasiun pengisian umum (SPKLU) masih terbatas, terutama di luar kota-kota besar, dan distribusi di area perumahan atau apartemen belum optimal. Teknologi pengisian cepat, seperti ultra-fast charging 800V yang memungkinkan pengisian daya hingga 80% dalam waktu kurang dari 20 menit (fitur pada Hyundai Ioniq 5/6 atau Porsche Taycan), masih sangat langka.

Pengembangan infrastruktur pengisian daya bukanlah perkara mudah. Investasi besar dibutuhkan untuk membangun SPKLU, serta memastikan kapasitas jaringan listrik nasional mampu menopang lonjakan permintaan. PLN sebagai pemain utama terus berupaya memperluas jaringan, bekerja sama dengan swasta seperti Pertamina, Shell, dan operator independen (misalnya ChargeSPOT, Volta). Selain itu, standardisasi konektor pengisian (CCS2, Type 2) dan sistem pembayaran yang terintegrasi menjadi krusial untuk kenyamanan pengguna. Tren smart charging dan Vehicle-to-Grid (V2G) yang memungkinkan EV menyalurkan daya kembali ke jaringan, adalah fitur masa depan yang diharapkan dapat menyeimbangkan beban listrik dan meningkatkan efisiensi. Tanpa ekosistem pengisian yang kuat dan mudah diakses, target adopsi massal EV akan sulit tercapai. Kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta adalah kunci untuk mempercepat pembangunan infrastruktur vital ini.

Sumber:

https://www.oto.com/berita-mobil/regulasi-dan-infrastruktur-jadi-tantangan-adopsi-mobil-listrik-di-indonesia-45731

https://otomotif.kompas.com/read/2023/12/10/181500615/jumlah-spklu-di-indonesia-terus-bertambah-tapi-masih-terpusat-di-jawa

https://www.gridoto.com/read/223793757/survei-menunjukkan-masyarakat-indonesia-mulai-tertarik-mobil-listrik-tapi-ada-syaratnya

0 Komentar


Tambah Komentar